Pakaian lusuh dan sebuah mangkuk bekas selalu menemani lelaki tua itu menikmati hari-harinya. Ketika nasib nya bagus, akan banyak orang mengasihi nya. Ketika nasibnya buruk, tak seorang pun datang kepadanya. Tak tahu dimana anak cucu nya. Tega kah mereka meninggalkan nya, sementara ia terhampar di jalanan sunyi, di tengah-tengah keramaian ia menahan malu demi sesuap nasi.
Ku tatap mata nya yang berkaca-kaca meratapi nasib. Tas mungil berwarna hitam dengan boneka Winnie The Pooh mini sebagai hiasan depannya ku rogoh seketika. Ku ambil cukup uang yang ku punya, tangan ku mengarah pada mangkuk bekas yang ia punya. Ia senyum penuh bahagia. Aku pun menyambut senyumnya.
“Terimakasih banyak, semoga diberkahi. . .” sambutnya.
Aku pulang dengan rasa puas dan lega entah karena apa. Mungkin karena keikhlasan memberi kepada pengemis itu. *Lhoo?? . Perjalanan menuju rumah masih jauh kurasa. Ku langkahkan kaki di tepi jalanan yang ramai. *Hmm, minder sih, secara jalan kaki gituh! . Terus dan terus ku langkahkan kaki sambil mengobarkan semangat’45 demi perjalanan 5Km lagi. *semangat yoo semangat!
Aku pulang dengan rasa puas dan lega entah karena apa. Mungkin karena keikhlasan memberi kepada pengemis itu. *Lhoo?? . Perjalanan menuju rumah masih jauh kurasa. Ku langkahkan kaki di tepi jalanan yang ramai. *Hmm, minder sih, secara jalan kaki gituh! . Terus dan terus ku langkahkan kaki sambil mengobarkan semangat’45 demi perjalanan 5Km lagi. *semangat yoo semangat!
Keringatku bercucuran tiada habisnya.
“Ahaaaaa....!!!” muncul sesuatu di pikiranku.
Kuambil uang Rp 1000,00 yang berada di selipan tas ku. Pikiran licik ku muncul secara tiba-tiba tanpa memikirkan resiko atau hal-hal yang akan terjadi setelah ini. Segera aku memasang wajah memelas menghadap jalan. Akhirnya terketuklah hati seorang supir angkot yang tiba-tiba menghampiriku.
“Yuk, naik. . .!” katanya.
Dengan santai nya ku naikki angkot tersebut. *OK! Tahap pertama selesai . Sangat gerah di dalam angkot saat itu, mungkin karena cuaca yang begitu panas. Tapi tak apa, yang penting kaki antik ku selamat dari kapalen . hhehe.
“Kiri ,om !” kataku menghantikan angkot tersebut.
Ku keluarkan uang Rp 1000,00 yang ku pegang sedari tadi. Keluar lah aku dari angkot dan ku berikan uang itu kepada supir baik hati itu.
“Uang nya kurang nih !” katanya.
*haduhh ketauan.
“maap, bang. Lagi boke’.” Ku aktifkan kemampuan kaki seribu ku, alias Lari , Ciiiin. . . .! ! !
“Hoy. . . sialan lo . . “ kata supir tersebut.
Hiiiyy, atuut. . .
Tadi bikin pahala sekarang bikin dosa. Itulah aku. Kalo ngelakuin yang baik dikit, buruk nya lebih banyak. Untung rumahku masuk gang-gang sempit yang tidak mungkin angkot dapat menerobosnya, kecuali jika supir angkot itu mau turun dan mengejarku.
*kalo nggak mau kehilangan rejeki yang lain.
Hmm, bahagia aku hari ini, tapi lumayan lelah juga setelah jurus kaki seribu yang ku keluarkan tadi. Huah, haus juga ternyata. Rumah ku masih lumayan jauh, 5 tikungan lagi. Sial. . .! uang ku habis pula. Tuhan, tolong hambamu. Dehidrasi, kerongkongan memanas, kaki melemah, kocek habis bersih.
Hmm, apa aku pura-pura pingsan saja? Dan nanti bakal ada yang menolongku, dan aku di antarkan pulang, lumayan kan? Tidak lelah, tapi gratis.
Aku memulai aksi ku. Wajar lah, artis sekolah gitu, beruntung aku mengikuti seni drama di sekolah. Ku rebahkan tubuhku di celah-celah gang tersebut. 10 menit aku menunggu. Tiba-tiba aku teringat sesuatu.
Aku memulai aksi ku. Wajar lah, artis sekolah gitu, beruntung aku mengikuti seni drama di sekolah. Ku rebahkan tubuhku di celah-celah gang tersebut. 10 menit aku menunggu. Tiba-tiba aku teringat sesuatu.
*Dodoll...!Fira dodol sumpah. Gang ini kan selalu sepi. Jarang ada orang yang lewat. Lagi pula ini juga jam berapa? Hmm, tak ku sangka sifat dodol ku masih melekat juga di kepala ku.
Uuhh, kalau begitu untuk apa aku buang-buang waktu demi misi nggak jelas seperti ini. Yah, sekali nya dodol ya tetep dodol aja. Ku teruskan perjalananku dengan otak dodol ku yang masih berstatus “awas”.
Akhirnya tibalah aku 10 meter dari rumah. “Semangat...!!” aku menyemangati diriku sendiri. Baru satu langkah akan memasuki halaman rumah,
*waww... tiba-tiba aku melihat sesuatu. *sesuatu banget. Ada someone di balik mobil merah mengkilap itu. “Mas Irwan...” anak bos dari Ayah ku. Orang nya manis seperti aku. *hoeekkk.!! Dia siswa kelas 2 SMAdi salah satu sekolah ternama di Bandar Lampung. Tutur kata nya baik, bergaul dengan siapa saja, tanpa memilih milih kawan ataupun pacar, *Lhoo..?? orang nya lucu, kocak, gokil, perfecto! Siapa sih yang nggak mimpi dapet pacar kaya’ dia.?
*waww... tiba-tiba aku melihat sesuatu. *sesuatu banget. Ada someone di balik mobil merah mengkilap itu. “Mas Irwan...” anak bos dari Ayah ku. Orang nya manis seperti aku. *hoeekkk.!! Dia siswa kelas 2 SMAdi salah satu sekolah ternama di Bandar Lampung. Tutur kata nya baik, bergaul dengan siapa saja, tanpa memilih milih kawan ataupun pacar, *Lhoo..?? orang nya lucu, kocak, gokil, perfecto! Siapa sih yang nggak mimpi dapet pacar kaya’ dia.?
“Kenapa , fir?” si manis itu tiba-tiba menyapa ku.
“Oh, enggak, Cuma ngeliat aja. Tadi aku kira siapa yang disitu. Ku kira orang baru, nggak taunya , Mas Irwan tho?” kataku salah tingkah.
“Ooo, kirain kenapa? Mampir sini. Nanti Mas kasih.” Katanya.
“helah, kasih apa? Paling paling di kasih kerjaan ngepel.” Gurau ku.
“Ya enggak lah, masa Mas tega nyuruh kamu kesini cuma buat ngepel. Enak aja. Bantuin Mas cuci mobil geh.” Katanya bergurau.
“Yeee,, enak aja. Sorry banget. Ogah. . .! hhehe. Mendingan aku cabut. Assalamualaikum.” Kataku berlari.
“Heh, mau kemana? Suruh bantuin malah kabur.”
“Ada something, Mas!” kataku berteriak.
Hihi,, sebenernya pengen kalo cuma sama Mas Irwan. Tapi kalo suruh cuci mobil, enggak ah. Bukan apa-apa. Tapi saya ndak ahli. Serius deh. Maaf ya Mas Irwan, bukan maksudku menolak untuk membantumu. *hhaha, gaje.
“Heh, mau kemana? Suruh bantuin malah kabur.”
“Ada something, Mas!” kataku berteriak.
Hihi,, sebenernya pengen kalo cuma sama Mas Irwan. Tapi kalo suruh cuci mobil, enggak ah. Bukan apa-apa. Tapi saya ndak ahli. Serius deh. Maaf ya Mas Irwan, bukan maksudku menolak untuk membantumu. *hhaha, gaje.
Yah, hari ini banyak kejadian yang aku alami. Inti nya ya berasal dari kedodolan ku sendiri. Tapi aku cukup percaya diri loh untuk ukuran remaja dodol sedunia. *hhaha. Rasanya sifat dodol sudah jadi makanan sehari-hari dan sahabat dekatku. Tuhan , beri aku kekuatan untuk menghilangkan kedodolan ku. *amin. Semoga , yang baik terulang di lain waktu, yang buruk tak terulang lagi. Karena yang buruk membuat kedodolanku semakin terpuruk.



